Sunday, July 26, 2015

Renungan-Bertahajjud

Setiap dari kita tentu punya hajat, sayangnya tak semua dari kita pandai menempatkan kepada siapa kita meminta agar hajat kita dipenuhi
Ada diantara kita yang meminta dan berharap pada manusia, ada yang malah setengah memaksa dalam meminta-minta, atau yang terburuk, menyakiti dalam meminta
Padahal manusia itu lemah dan terbatas, setiap manusia juga punya keperluan, dan keperluan itu takkan habis dipenuhi, hingga ia selalu merasa kurang
Aneh, kita meminta urusan dunia pada manusia, sementara dunia ini tidak pernah menjadi milik manusia, padahal milik Allah segala yang ada di langit dan bumi
Memintalah pada Allah jangan pada manusia, berharaplah pada Allah bukan pada manusia
Dan sebaik-baik pinta pada Allah adalah ampunan dan ridha-Nya, tapi kalaupun meminta Allah soal hajat dunia, itupun tak dilarang
Bangunlah di sepertiga malam dan adukan semuanya pada Allah, memintalah kepada-Nya di saat banyak manusia tidur
Nabi saw bersabda, "Di malam hari terdapat suatu saat yang tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malam" (HR Muslim)
Tiap malam Allah tawarkan kepada kita untuk meminta, tiap malam Allah tunggu doa kita untuk Dia kabulkan, tiap malam Allah tebarkan ampunan bagi yang meminta pada-Nya, yang perlu kita lakukan hanya berserius dan bersungguh-sungguh, istiqamah dalam meminta
Nabi saw juga mengingatkan kabar gembira, "Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa 1/3 malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’" (HR Bukhari Muslim)
MasyaAllah, masihkah kita sia-siakan malam-malam kita itu dengan tidur pulas semalaman? Seriuskah kita dengan apapun yang kita inginkan?

English for student : Recount text





Definition of Recount
Recount is a text which retells events or experiences in the past. Its purpose is either to inform or to entertain the audience. There is no complication among the participants and that differentiates from narrative text.

Generic Structure of Recount
  1. Orientation: Introducing the participants, place and time
  2. Events: Describing series of event that happened in the past
  3. Reorientation: It is optional. Stating personal comment of the writer to the story
Language Feature of Recount
  • Introducing personal participant; I, my group, etc
  • Using chronological connection; then, first, etc
  • Using linking verb; was, were, saw, heard, etc
  • Using action verb; look, go, change, etc
  • Using simple past tense
Examples of Recount Text
Untuk memberikan pemahasan mendalam mengenai materi recount text ini, silahkan dipelajari koleksi contoh berikut! Here are some examples of recount text:

Fantastic Holiday

Last summer I got a fantastic holiday. I visited some great places.
I went to an airport and was going to fly to Cleveland. I was spending there two days. I liked to see some Cleveland Cavaliers basketball matches.

Then I went to Hollywood. Hollywood is a famous district in Los Angeles, California, United States. It had become world-famous as the center of the film industry. Four major film companies – Paramount, Warner Bros., RKO and Columbia – had studios in Hollywood. I did not want to leave but I had to.

After that, I went to New York city. I visited the Statue of Liberty. I went from the bottom of Manhattan to the top of the crown. That was very amazing.

The places made me feel at home but I have to go home. Next time I would return to them.






Fikih : Qurban

                                                                                             QURBAN

Pengertian 

  Qurban berasal dari bahasa Arab,  Qurban atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah secara harfiah berarti hewan sembelihan. Atau secara bahasa arabnya qurban diambil dari kata : qaruba (fi’il madhi) – yaqrabu (fi’il mudhari’) – qurban wa qurbaanan (mashdar). Artinya, mendekati atau menghampiri.


Secara bahasa (lughatan) atau etimologis, Qurban berasal dari kata Qaruba – Yaqrubu – Qurban – Qurbanan, dengan huruf Qaf didhammahkan artinya bermakna mendekat. Qaruba ilaihi artinya mendekat kepadanya. Allah Ta’ala berfirman: Inna Rahmatallahi Qariibun Minal Muhsinin (Sesungguhnya Rahmat Allah dekat dengan orang-orang berbuat baik).
Secara istilah (Syar’an) atau terminologis, Qurban bermakna menyembelih hewan tertentu dengan niat Qurbah (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala pada waktu tertentu pula.
Pada masa modern, istilah Qurban telah masuk ke bahasa Indonesia yakni ‘Korban’, yakni memberikan sesuatu secara rela karena faktor cinta dan ridha. Semakin hari istilah ‘Korban’ semakin meluas, dia juga bisa bermakna menjadi penderita, seperti istilah ‘Korban gempa’, ‘Korban banjir’, dan lain-lain.

Usia hewan yang dikurbankan :
- Umur Binatang Kurban

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَذْبَحُوا إِلَّا مُسِنَّةً إِلَّا أَنْ يَعْسُرَ عَلَيْكُمْ فَتَذْبَحُوا جَذَعَةً مِنْ الضَّأْنِ

“Janganlah kalian menyembelih, kecuali musinnah. Kecuali apabila sulit bagi kalian  untuk mendapatkannya, maka silahkan kalian menyembelih jadza’ah berupa domba.” (HR. Muslim).

Berikut ini kesimpulan yang telah dijelaskan oleh para ulama tentang umur hewan yang boleh untuk kurban:
·         Unta, yang telah berumur lima tahun dan mulai memasuki tahun keenam
·         Sapi, yang telah berumur dua tahun dan mulai memasuki tahun ketiga
·         Kambing yang bukan domba, yang telah berumur setahun dan mulai memasuki tahun kedua
·         Domba boleh jadza’ah, yang telah berumur enam bulan dan mulai memasuki bulan ketujuh.

1.    Waktu Pelaksanaan Qurban
Awal dibolehkan menyembelih hewan qurban setelah selesai dilaksanakannya shalat ied walaupun khutbah belum dimulai. Menurut pendapat yang terpilih insya Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapa yang menyembelih sebelum shalat, maka sesembelihannya untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih setelah pelaksanaan shalat (‘Ied) nusuknya (sesembelihannya) telah sempurna dan telah mencocoki sunnah kaum muslimin.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun hari terakhir di bolehkannya menyembelih hewan qurban adalah terakhir dari hari tasyrik pada tanggal 13 Dzulhijah ketika terbenamnya matahari.


2.    Syarat-Syarat Ibadah Qurban
-         Yang disembelih Bahiimatul An’aam (hewan ternak) adalah unta, sapi dan kambing atau domba. Tidak sah dan tidak boleh seseorang mengganti dengan selain itu.
-         Hewan sesembelihan tersebut telah mencapai umur yang cukup secara syar’i.
-         Hewan ternak harus terlepas dari cacat yang menghalangi kesahan dalam berqur’ban.
-         Penyembelihan dilakukan pada waktu yang telah ditentukan oleh syariat,  bermula setelah pelaksanaan shalat I’d dan berakhir pada akhir hari-hari Tasyriq. Yaitu pada tanggal 13 Dzulhijjah bersamaan dengan terbenamnya matahari.
-         Hewan sesembelihan hendaknya hewan milik penyembelih, dengan kepemilikan yang didapatkan secara syar’i  bukan hasil curian atau yang lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
-         إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ، لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا
-         “Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik-baik.” (HR. Muslim)
3.      Pembagian Qurban

  Dalam hal ini para ulama mengatakan, yang afdhal adalah memakan daging itu sepertiga,  menyedekahkannya sepertiga dan menyimpannya sepertiga.
Daging qurban boleh diangkut (dipindahkan) sekalipun ke negara lain. Akan tetapi, tidak boleh dijual, begitu pula kulitnya. Tukang potong berhak menerimanya sebagai imbalan kerja. Orang yang berqurban boleh bersedekah dan boleh mengambil qurbannya untuk dimanfaatkan (dimakan).
 Namun menurut Imam Abu Hanifah, bahwa boleh menjual kulitnya dan uangnya disedekahkan atau dibelikan barang yang bermanfaat untuk rumah.



Resep Mie Celor Palembang

                                                   MIE CELOR PALEMBANG


Bahan untuk membuat mie celor Palembang :
a. 300 gr udang, kupas, sisakan ekornya lalu kerat punggungnya (ambil kulitnya untuk kaldu)
b. 1 sdt air jeruk limau
c. 250 gr mi telur, seduh
d. 100 gr taoge, seduh
e. 3 btr telur, rebus lalu potong-potong
f. 6 btg kucai, iris halus
g. 5 sdm bawang goreng

Bahan untuk kuah mie celor :
a. 1250 ml kaldu udang
b. 250 ml santan dari ½ btr kelapa
c. ¼ sdt gula pasir
d. ½ sdt merica bubuk
e. 1 sdm garam
f. 1 sdt air jeruk limau
g. 2 sdm tepung terigu encerkan dengan 50 ml air
h. 2 btr telur, kocok lepas
Cara membuat mie celor :
1. Aduk udang dan air jeruk limau, diamkan selama 15 menit.
2. Didihkan 1500 ml air, masukkan kulit udang, angkat. Ukur kaldunya 1250 ml.
3. Didihkan kaldu udang, tambahkan santan, garam, gula, merica dan udang kupas, rebus sampai matang (udang bisa utuh, bisa pula dihancurkan dulu dgn dicincang halus, atau kombinasi keduanya).
4. Masukkan telur mentah sambil diaduk hingga berbutir-butir, tambahkan air jeruk limau, aduk sampai matang. Kentalkan dengan larutan tepung terigu sambil diaduk hingga meletup-letup.
5. Sendokkan mi dan taoge ke dalam mangkuk, tambahkan potongan telur rebus, siram dengan kuah panas, taburkan kucai dan bawang goreng. Tambahkan sambal cabe rawit bila ingin pedas. (kalau khas Palembang, sambal cabe rawit hijau yg diberi air matang)
6. Sajikan untuk 4 orang.

Note : Ada juga yang menambahkan susu bubuk full cream kira kira 1-2 sdm waktu dimasak kuahnya agar lebih gurih dan lebih kental.

Happy trying !