Wednesday, August 26, 2015

Ekosistem Laut Dalam-Deep Beneath The Ocean

EKOSISTEM LAUT DALAM

http://nord-pas-de-calais.cleantuesday.com/media/files/609_DeepBlue3.jpg

   71 % permukaan bumi berupa ekosistem laut, yang juga merupakan 97 % dari air yang terkandung di bumi. Jadi, hanya 3 % saja (dari total air di bumi) air yang terkandung pada ekosistem lainnya. Ekosistem laut berbeda dari ekosistem air tawar yang ditandai oleh kehadiran senyawa-senyawa terlarut, misalnya natrium dan klorin, yang terlarut sebanyak 85 % dalam air laut. . Air laut memiliki salinitas rata-rata dari 35 bagian per seribu (ppt) air. Sebenarnya salinitas bervariasi antara ekosistem laut yang berbeda.
Zonasi Laut
Berdasarkan tingkat kedalamannya, laut dibagi dalam 3 (tiga) zonasi sebagai berikut :
1.          Zona Eufotik
Zona eufotik merupakan zona dimana cahaya matahari masih dapat masuk dan masih memungkinkan untuk terjadinya keberlangsungan proses fotosintesis. Zona ini meliputi kedalaman laut 0 – 150 meter.
2.          Zona Disfotik
Zona disfotik merupakan zona dimana cahaya matahari hanya sedikit dan tidak cukup mendukung keberlangsungan proses fotosintesis. Zona ini meliputi kedalaman laut 150 – 1.000 meter.
3.          Zona Afotik
Zona afotik merupakan zona dimana cahaya matahari sama sekali tidak dapat masuk, sehingga disebut pula zona yang gelap gulita sepanjang masa. Zona ini meiputi kedalaman lebih dari 1.000 meter. 

Berdasarkan tingkat kedalamannya, zona afotik dibagi 3, yaitu :

https://classconnection.s3.amazonaws.com/949/flashcards/532949/jpg/ocean_zones1306622808367.jpg  ·      Zona Batipelagis
Dengan kedalaman 1.000 – 3.000 meter.

·      Zona Abisal
Dengan kedalaman 3.000 – 6.000 meter.

·      Zona Hadal
Dengan kedalaman lebih dari 6.000 meter.
 
   Ekosistem Laut Dalam merupakan habitat paling luas di muka bumi ini. Ekosistem Laut Dalam berada pada kedalaman antara 700 – 10.000 meter (Zona Disfotik-Afotik), sehingga tidak lagi terjangkau oleh cahaya matahari, karenanya pada ekosistem ini tidak mungkin hidup produsen yang fotoautotraf.



 Karakteristik kehidupan pada ekosistem laut dalam

    Kehidupan di Laut Dalam memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan ekosistem lainnya, yakni tingkat kegelapan yang total, temperatur yang ekstrim dingin, kadar oksigen yang sangat terbatas, makanan yang juga terbatas, dan tekanan udara yang sangat tinggi. Mahluk hidup di Laut Dalam harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan kondisi fisik tersebut untuk dapat bertahan hidup, melihat, merasakan, memperoleh makanan, bereproduksi, bergerak, dan menghindarkan diri dari pemangsa (predator).

Adapun karakteristik dari kehidupan pada ekosistem laut dalam, yaitu :

a)     Cahaya

   Kondisi di Laut Dalam sangatlah gelap, yang dikarenakan sinar matahari tidak bisa mencapai Laut Dalam. Satu-satunya sumber cahaya adalah yang diproduksi oleh bioluminescence, yaitu reaksi kimia dalam tubuh mahluk hidup yang menghasilkan cahaya berskala kecil. Bioluminescence adalah cahaya yang dapat dihasilkan oleh beberapa hewan laut, cahaya tersebut berasal dari bakteri yang hidup secara permanen didalam sebuah perangkap. Bioluminescence digunakan oleh hewan laut dalam sebagai alat perangkap atau alat untuk menarik mangsa, kurang lebih bioluminescence berfungsi sebagai umpan. Cahaya bioluminescence yang dihasilkan biasa berwarna biru atau kehijauan, putih, dan merah. Walau sebagian besar bioluminescence digunakan untuk mekanisme bertahan hidup, namun beberapa diantara hewan laut dalam tersebut menggunakan bioluminescence untuk menarik lawan jenisnya.

   Intensitas cahaya yang sangat rendah tidak memungkinkan , adanya produksi primer di Laut Dalam. Untuk beradaptasi, ikan laut dalam memiliki indra khusus untuk mendeteksi makanan dan lawan jenis, keperluan reproduksi serta mempertahankan asosiasinya, baik bersifat intra maupun inter-spesies.

b)     Tekanan

   Tekanan air di Laut Dalam berkisar antara 20 – 1.000 atm, dengan rata-rata 200 – 600 atm. Tekanan kurang atau lebih dari tekanan rata-rata tersebut tidak lagi  dapat ditolerir oleh sebagian besar spesies organisme laut dalam. Daging dan tulang mahluk hidup Laut Dalam lunak dan elastis, sehingga mereka bisa bertahan terhadap tekanan yang tinggi.
 
c)      Temperatur

   Tingkat perbedaan temperatur antara permukaan laut dengan Laut Dalam sangat tinggi. Di Laut Dalam temperature cenderung seragam dan konstan, yaitu berkisar antara 2 – 4 oC. Kecuali pada wilayah hydrothermal vents (mencapai > 80oC) dan cold hydrocarbon seeps (kurang dari 1 oC).

d)     Oksigen

   Kehidupan di Laut Dalam hanya membutuhkan oksigen dalam jumlah yang relative sedikit. Oksigen ditransportasikan dari permukaan laut ke Laut Dalam ketika temperatur di permukaan menurun, sehingga air yang ada di permukaan laut bergerak ke bawah. 

e)     Ketersediaan Makanan

   Beberapa makanan berasal dari detritus, yaitu sisa penguraian hewan dan tumbuhan yang terangkut secara hidrodinamis dari zona lautan yang ada diatasnya.

Adaptasi mahluk hidup pada ekosistem laut dalam

   Bentuk adaptasi dari mahluk hidup yang ada di Lautan Dalam, diantaranya adalah dengan memiliki mata yang lebar sehingga dapat menangkap sekecil apapun cahaya, bioluminescence, indera penciuman yang kuat, komposisi tubuh (tidak memiliki sirip, daging dan tubuh yang lunak dan elastic) sehingga bisa bertahan terhadap tekanan yang tinggi, perut yang lebar, tidak memiliki taring. Selain itu, warna juga merupakan bentuk adapatasi yang berfungsi sebagai kamuflase dan pertahanan diri terhadap predator. Ikan-ikan Laut Dalam biasanya memiliki warna transparent, hitam, perak, atau merah. 

   Mahluk hidup di Laut Dalam mengembangkan mekanisme makan yang unik karena keterbatasan cahaya dan kelangkaan makanan yang tersedia. Ikan-ikan Laut Dalam memiliki perut yang besar dan berkembang sehingga dapat menampung makanan dalam jumlah yang banyak sebagai persediaan menghadapi kesulitan memperoleh makanan. Ikan-ikan ini membatasi gerakannya untuk menghemat energi, sehingga tidak perlu berenang untuk mencari makanannya. Mereka hanya berdiam di suatu tempat dan memasang jebakan untuk mangsanya dengan adaptasi yang dimilikinya.

Fang Tooth Fish
   
 Sebagai contoh, Ikan Fang Tooth yang memiliki tingkat agresifitas yang tinggi sehingga ketika ada mangsa yang lewat didepannya ia langsung dapat dengan cepat memakannya, karena memang tidak banyak hewan laut yang mampu hidup dalam ekosistem ini. Contoh lainnya adalah Ikan Hairyangler yang tubuhnya dipenuhi dengan atena sensitif, antena tersebut sangat sensitif sekali terhadap setiap gerakan, fungsinya untuk mendeteksi mangsa yang ada didekatnya.


Rantai makanan pada ekosistem laut dalam

http://oceanexplorer.noaa.gov/explorations/05fire/logs/april22/media/urchins_600.jpg
Deepsea urchins (reminiscent of cacti) grow on the lavas at Rumble V volcano.
   Tiap organisme merupakan sumber energi dan sumber material bagi organisme lainnya. Di Laut Dalam Produsen Utama tidak memiliki akses secara langsung dengan sinar matahari, karenanya mereka menggunakan energi dari bahan-bahan kimia (kemoautotrof). Dalam ekosistem Laut Dalam, yang berperan sebagai produsen adalah detritus (fungi, bakteri dan protozoa) yang menguraikan hewan dan tumbuhan mati yang berasal dari zona lautan di atasnya. Hancuran bahan organik ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi mahluk hidup lain di Laut Dalam.  

   Yang berperan sebagai konsumen pada ekosistem laut dalam, baik itu konsumen tingkat I, II, dan seterusnya adalah jenis-jenis ikan, ubur-ubur, cumi, dan udang, contohnya Phronima, Cumi-cumi, Amoeba, Comb Jelly, Cope pod, dan ikan Hatchet. Sedangkan peran decomposer dipegang oleh oleh mikroba pengurai.

Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm. 13-15.



0 komentar:

Post a Comment