Saturday, June 6, 2015

Berita Indonesia : Pengungsian Rohingya



1).TNI melarang nelayan Aceh membawa pengungsi Rohingya ke wilayah RI

18 Mei 2015

Salah-seorang bocah Rohingya yang tengah dirawat di wilayah Aceh Utara setelah kapalnya diselamatkan nelayan Aceh.


Para nelayan yang beroperasi di wilayah Aceh dilarang menjemput dan membawa etnis Rohingya yang terjebak di laut ke wilayah Indonesia, kecuali kapal yang ditumpangi para imigran itu tenggelam, demikian juru bicara TNI.

"Jangan sampai ada nelayan kita menjemput mereka (kaum Rohingya) ke luar batas laut kita, kemudian keluar dari kapal dan masuk perahu nelayan, dan masuk wilayah kita. Itu yang kita larang," kata juru bicara TNI Fuad Basya kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Senin (18/05) siang.
Sebelumnya, sejumlah nelayan asal Aceh mengatakan mereka dilarang untuk menjemput dan membawa imigran gelap asal Myanmar dan Bangladesh.

Kepada wartawan BBC, dua nelayan Aceh mengaku, mereka dilarang menyelamatkan para pengungsi Rohingya dari laut, "bahkan jika kapal mereka tenggelam sekalipun."
Fuad Basya membantahnya. Dikatakannya TNI tidak melarang upaya penyelamatan ke darat apabila "kapalnya tenggelam atau mereka terapung-apung di laut dan tidak ada kapalnya."
Fuad Basya mengatakan, orang asing yang masuk wilayah daratan Indonesia harus menggunakan dokumen resmi.
"TNI mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan wilayah Indonesia, termasuk di laut," katanya.
TNI sejauh ini memperketat patroli di kawasan laut di Sumatera untuk mencegah kedatangan imigran gelap.
Orang ibu asal Bangladesh beserta anak-anaknya di lokasi pengungsian di Aceh Utara.

Terpanggil untuk membantu
Sebelumnya, sejumlah nelayan Aceh mengatakan, mereka merasa terpanggil untuk membantu para pengungsi yang sebagian adalah etnis Rohingya dari Myanmar.
“Kami mendengarkan teriakan Allahu Akbar dan sebagian laki-laki terjun ke laut, untuk mencapai kapal kami,” jelas Ar Rahman, salah seorang nelayan, kepada wartawan BBC Indonesia, Sri Lestari.
Ar Rahman mengatakan, ratusan pengungsi Rohingya itu berada di kapal yang oleng ketika dia dan nelayan lainnya mencapai lokasi setelah menerima informasi dari radio komunikasi antar pelaut.
Petugas kesehatan di Aceh utara menolong salah-seorang bocah dari keluarga asal Bangladesh.
Kepada BBC, salah seseorang sesepuh nelayan Aceh -yang dijuluki Panglima Laut- Yahya Hanafiah mengatakan, dirinya telah meminta para nelayan Aceh untuk menyelamatkan para pengungsi yang terdampar di laut.
“Kami meminta nelayan di Aceh untuk menyelamatkan mereka demi kamanusiaan, karena 'kan kita hidup berputar, nanti siapa tahu kita yang membutuhkan,” jelas Yahya.
Ratusan pengungsi yang ditempatkan di gudang Pelabuhan Kuala Langsa Aceh ini berasal dari kapal yang terombang ambing di laut, setelah ditolak masuk ke Indonesia dan Malaysia oleh Angkatan Laut kedua negara.

2).Banda Aceh -
 Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Aceh, Tgk. Muslim At-Tahiry, meminta ratusan warga muslim Rohingya yang berada di Aceh, supaya tidak dikembali ke negara asalnya. Pasalnya, dikwatirkan mereka akan mendapatkan siksaan yang lebih sadis.
"Kami sangat mendukung bila warga Rohingya yang ada di Aceh menjadi penduduk Aceh dan tidak dikembalikan lagi," ujar Tgk. Muslim At-Tahiry, Senin (18/5).
Untuk itu, ia mengharapkan kepada pemerintah Aceh untuk mengeluarkan surat pernyataan supaya warga Rohingya yang berada di pengungsian menjadi penduduk Aceh.
Kata dia, dalam Islam diajarkan untuk menolong sesama Muslim, serta melindungi mereka dari ancaman nyawa yang dilakukan oleh pemerintah di negaranya.
"Sangat sedih, mereka diusir oleh pemerintah Myanmar. Bahkan mereka di sana juga tidak diberikan hak kewarganegaraan," jelasnya.
Dia mengatakan siap jika nanti para imigran itu akan ditempatkan di sejumlah pesantren yang ada di Aceh.
Lebih lanjut dikatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan DPP FPI terkait keinginan FPI Aceh menjadikan penduduk Aceh dan menempatkan di pesantren maupun Dayah.

3). Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari seribu imigran gelap asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di tiga kabupaten di Aceh pada pekan lalu rencananya akan kembali dideportasi ke negara asal.

Kepala Kepolisian Resor Langsa, AKBP Sunarya menyatakan hingga saat ini di daerah Langsa terdapat 676 imigran yang ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh, setelah ditemukan terombang-ambing di perairan Indonesia oleh nelayan setempat.

Sunarya menyatakan para imigran tersebut mendapat bantuan dari kantor imigrasi, Organisasi Migrasi Internasional (IOM), badan pengungsian PBB (UNHCR) dan masyarakat setempat.

Sunarya mengungkapkan pihaknya telah melakukan kordinasi dengan sejumlah pihak lainnya soal rencana mendeportasi ratusan imigran di wilayah Langsa.

"Telah ada kesepakatan antara kami, pihak imigrasi, Duta Besar Bangladesh dan atas arahan Menkopolhukam bahwa mereka akan dideportasi kembali ke negara asal," kata Sunarya ketika dihubungi CNN Indonesia, Senin (18/5).

Meskipun demikian, Sunarya belum dapat memastikan kapan tepatnya para imigran ilegal tersebut akan dipulangkan ke negara asal. Selain itu, belum ada kordinasi dari pemerintah Myanmar terkait rencana deportasi ini.

"Masih ada proses pendataan yang dilakukan UNHCR. Masih ada juga yang dirawat karena sakit," ujar Sunarya.

Sunarya mengungkapkan dari 676 "manusia perahu" asal Myanmar dan Bangladesh, terdapat 43 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit setempat karena sakit. Para imigran akan dikembalikan ke tempat penampungan setelah menjalani perawatan.

"Kebanyakan mengaku pusing, mual, dan diare," kata Sunarya melanjutkan.

Sementara, Kepala SAR Aceh Budiawan menyatakan bahwa saat ini terdapat 1.306 imigran Rohingya dan Bangladesh yang ditampung di tiga kabupaten di Aceh. Selain ratusan imigran yang ditampung di Langsa, sebanyak 583 imigran ditampung di Lhokseumawe dan 47 imigran lainnya di Aceh Tamiang.

Menurut data UNHCR ada sekitar 25 ribu warga Muslim Rohingya yang mengungsi dari Myanmar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Jumlah ini dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.


0 komentar:

Post a Comment