Saturday, November 7, 2015

Khadijah, Cinta Sejati Rasulullah


'Khadijah binti Khuwailid' merupakan isteri pertama Nabi Muhammad. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita As-Sabiqun al-Awwalun.

Khadijah berasal dari golongan pembesar Mekkah. Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun, manakala Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup menyendiri tanpa suami, karena suami pertama dan keduanya telah meninggal. Beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi Muhammad. Khadijah dikenal sebagai wanita suci di zamannya tatkala di antara lingkungannya sudah kotor. Beliau, Khadijah betul-betul pilihan Tuhan yang dipersiapkan untuk menjadi istri Nabi Muhammad.


Pada suatu hari, saat pagi buta, dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal. Ia berkata, “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.

Ketika Nabi Muhammad masih muda dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur sehingga mendapat julukan Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah. Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi Muhammad. Khadijah lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk meminang Dia, yang pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi dengan adanya usaha orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah dan peminangan dibuat melalui paman Muhammad yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana pernikahan ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan sifat-sifat istimewa Dia ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan kecaman dari keluarga dan kerabatnya.


Setelah menikah dengan Rasulullah, Khadijah menyerahkan segala urusan karirnya sebagai seorang pengusaha kepada Rasulullah. Karena ia percaya laki-laki lebih cermat dalam segala urusan yang bersifat material dan dia memilih karir yang lebih mulia, yaitu menjadi seorang ibu rumah tangga. Pengayom anak-anak dan suaminya serta pelengkap dunia bagi Rasulullah.

Mengenai ketertarikannya kepada Nabi Muhammad, Khadijah mengatakan “Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.”

Khadijah dengan kecerdasan dan kejernihan perasaannya mendobrak tradisi jahiliyah dengan mendampingi Rasulullah dalam dakwahnya, menjadi penasehat terbaik Rasulullah dan tempat Rasulullah kembali setelah segala kepenatannya mengurusi segala urusan dunia. Khadijah lah yang senantiasa memberikannya kasih sayang dan ketegaran dalam segala rintangan yang Rasulullah hadapi.


Sewaktu malaikat turun membawa wahyu kepada Muhammad, maka Khadijah adalah orang pertama yang mengakui kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam. Beliau turut menenangkan hati Rasulullah, di kala kegalauan Nabi sewaktu wahyu pertama turun. Khadijah berkata, "Tidak demikian, tapi bergembiralah. Maka demi Allah, Allah takkan Mencelakakan engkau selamanya; engkau suka menyambungkan tali silaturahim, dan selalu jujur dalam bicara, meringankan derita orang lain, menyantuni orang tak mampu, menjamu tamu, dan menolong orang lain untuk mendapatkan haknya." Sepanjang hidupnya bersama Nabi, Khadijah begitu setia menyertainya dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira’, ia pasti menyiapkan semua perbekalan dan keperluannya. Seandainya Nabi Muhammad agak lama tidak pulang, Khadijah akan melihat untuk memastikan keselamatan suaminya. Sekiranya Nabi Muhammad khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar sehingga Beliaau pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, dia coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan, sehingga suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Allah mengkaruniakannya 6 orang anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqaiah,Ummi Kultsum, dan Fatimah.

Dalam banyak kegiatan peribadatan nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air untuk mengambil wudhu. Nabi Muhammad menyebut keistimewaan terpenting Khadijah dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku.” Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 24 tahun dan wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Beliau meninggal di gunung Hujun, dan dimakamkan di pemakaman dekat Mekkah setelah sakit-sakitan dan melemah setelah lama menahan rasa lapar setelah masa boikot oleh orang Quraisy selama 3 tahun.


Khadijah adalah satu-satunya istri yang tidak pernah di duakan oleh Rasulullah, hingga dia wafat pun Rasulullah tidak bisa berhenti mencintainya. Sepeninggal Khadijah, Rasulullah merasakan kesedihan yang sangat mendalam sehingga turun perintah agar Rasulullah menikah lagi. Kemudian Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri dari Abu Bakar yang saat itu masih kecil dan belum baligh dan beberapa janda. Diantara semua istrinya, Rasulullah paling dekat dengan Aisyah setelah ia dewasa, namun tetap saja Aisyah tidak dapat menggantikan Khadijah dalam hati Rasulullah. Hingga  suatu hari Aisyah pernah mengatakan "Aku tidak pernah merasakan kecemburuan yang begitu besar selain pada Khadijah, padahal dia sudah tiada tapi kerap kali ku jumpai Rasulullah masih sering  menyebut namanya."

Suatu hari aku tanyakan kepada rasulullah "Jika ada dua buah yang satu segar sedang yang satu layu kau akan pilih yanga mana ?" Lalu rasulullah menjawab "yang segar"  lalu kembali ku bertanya  "Mengapa engkau masih sering menyebut perempuan tua itu (Khadijah) sedang aku disismu lagipula aku lebih cantik dan muda ?" Lalu Rasulullah menjawab lagi "Karena dia adalah ibu dari anak-anakku, dialah yang senantia menemaniku di waktu sukar senangku sungguh kecintaanku terhadapnya tak akan tergantikan" Rasulullah pun pernah mengatakan "sebaik-baik wanita dunia adalah Khadijah"


"Sesungguhnya manusia diciptakan dari satu jiwa (adam) dari jiwa itu allah menciptakan pasangannya ( Q.S. An-Nisa Ayat 1 )"

Sesungguhnya banyak cara allah mempertemukan cinta sejati. Tak selalu yang pertama tak selalu yang paling utama, namun tulang rusuk akan mengenali siapa pemiliknya.

Referensi

"Khadijah The True Love Story of Muhammad" - Abul Mun'im Muhammad
Yaqut, Syaikh Muhammad (Oktober 2014). "Pelajaran Berharga dari Kehidupan Khadijah". Qiblati 9 (2): 73 – 77. ISSN 1907-0039.
Hadits riwayat Bukhari no.4572

0 komentar:

Post a Comment