Friday, August 28, 2015

Surat Terbuka Untukmu yang Terpengaruh Oleh Kecemasanku

 Surat Terbuka Untukmu yang Terpengaruh Oleh Kecemasanku

 

  Biarkan aku memulainya dengan menjelaskan sesuatu. Saat aku mengatakan "kecemasan," aku tidak hanya berbicara tentang ketakutanku atau situasi yang membuatku gugup. Aku tidak berbicara mengenai kecemasan yang biasa dihadapi setiap orang sepanjang hidup mereka. Aku sedang berbicara tentang Generalized Anxiety Disorder (GAD) - yaitu suatu kondisi mental yang mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupanku melalui satu dan lain hal.

  Kamu mungkin pernah melihat tingkah laku ku yang sangat gugup : Mengubah rencana pada menit-menit terakhir. Membuat-buat alasan untuk bisa tetap tinggal di rumah. Menyendiri dan tiba-tiba menangis. Sesak napas, gelisah, takut akan situasi yang akan datang , tak mampu untuk pergi sendirian, serta kepanikan yang datang tiba-tiba.


   Aku mencoba untuk menyembunyikan apa yang ku alami, tetapi aku tahu kamu memperhatikannya. Kamu memperhatikannya karena kamu peduli. Dan karena kamu peduli, kamu sering mencoba untuk membantu. Kamu memberitahuku untuk mengambil napas dalam-dalam. Kamu memberitahuku untuk tenang dan berhenti khawatir. Dengan niat baik, kamu mengutip ayat-ayat dan do'a dari berbagai kitab dan buku untuk menegaskan kepedulianmu. Kamu berusaha sangat keras untuk membuat situasi menjadi lebih baik. Tapi itu tidak pernah berhasil. Bahkan untuk satu kali pun. Tidak pernah.

   Aku menulis surat ini karena aku ingin jujur kepadamu. Aku ingin kamu memahami kecemasan macam apa yang aku hadapi dan bagaimana rasanya, karena aku ingin kamu untuk tahu, aku tidak mengabaikanmu. Aku tahu emosiku sulit untuk kamu hadapi dan bagaimana tidak mudahnya hubungan yang kita jalani. Untuk alasan itu, aku merasa aku berhutang sebuah penjelasan kepadamu.

   
   Kecemasan ini terasa seperti lautan. Ketika hal itu datang, aku berjuang untuk menjaga pikiranku tetap berada di atas air. Rasanya luar biasa, setiap detiknya aku merasa aku akan tenggelam. lautan yang kubicarakan ini sangat besar, begitu luas, rasanya lebih jauh dari apa yang bisa aku lihat. Airnya begitu gelap dan berat. Semakin aku berjuang melawan itu semua, semakin tinggi kuat hantaman yang kuterima.   

   Kata-kata "tenanglah" darimu memaksaku untuk berjuang melawan kecemasan itu. Namun hal itu hanya menambah kecemasan yang datang.

   

   Harusnya ini jelas untukmu, tapi tolong diingat : Jika aku bisa menghentikan kecemasanku, aku pasti sudah melakukannya. Emosi ini bukan pilihan, ataupun sesuatu yang kuundang ke dalam hidupku. Aku bukan korban, tapi aku juga bukan sukarelawan untuk perasaan ini. Jadi tolong berhenti memberitahuku untuk tenang. Tolong berhenti mengungkapkan frase-frase yang menyiratkan bahwa aku harus bisa mengendalikan kecemasanku.
 
   Aku tahu kamu hanya ingin membantuku - kamu tidak akan membaca ini jika kamu tidak bermaksud begitu - dan aku menyayangimu karena itu. Tapi kamu harus berhenti berusaha untuk membantuku untuk merasionalisasikan perasaanku. Perasaan yang selalu aku coba untuk pahami sepanjang hidupku. Ketakutan yang tidak rasional dan emosi yang sulit dipahami. Sebaliknya, cobalah ini : Ketika kecemasanku menerpurukkanku, biarkan aku tahu bahwa kamu melihat perjuanganku, bahkan jika kamu tidak mengerti. Berdoalah untukku. Dengarkan aku, tapi jangan menawarkan solusi yang "mudah" kepadaku. Yang paling penting, ketahuilah bahwa kamu tidak harus memperbaiki keadaan yang kuhadapi atau menghilangkan kecemasan yang kurasakan. Aku ingin kamu menjadi sahabatku, bukan terapisku.  Aku tidak akan pernah berharap hal semacam itu darimu.
 
   Aku berharap kamu tidak perlu berurusan dengan hal semacam ini. Ironisnya, kamu tampak seperti merasakan hal yang sama seperti apa yang kubicakaran. Mungkin ini adalah proses pembelajaran bagi kita. Aku berjanji untuk terus berusaha mengatasi kecemasanku. Sebagai balasannya, aku hanya berharap kamu tetap menjadi sahabatku. Persahabatan kitalah yang selalu menjaga pikiranku tetap berada di atas air. Dan itu berarti segalanya bagiku.



Terima Kasih,
Sahabatmu 


 Artikel ini di kutip dari halaman The Mighty, kalian bisa melihat artikel aslinya disini 




Credit goes to -
 

0 komentar:

Post a Comment