Saturday, September 5, 2015

Navigasi Penerbangan-The Definition



Navigasi Penerbangan-The Definition

 
Kenavigasian udara merupakan istilah yang kurang dikenal di dalam penerbangan sipil baik di dalam literatur maupun kegiatan operasional. Istilah yang umum digunakan adalah navigasi penerbangan. 


Pada Bab XII Pasal 261 UU No. 1/2009 tentang Navigasi Penerbangan disebutkan bahwa guna mewujudkan penyelenggaraan pelayanan navigasi penerbangan yang andal dalam rangka keselamatan penerbangan harus ditetapkan tatanan navigasi penerbangan nasional. Di dalam menata navigasi penerbangan, Indonesia sebagai anggota Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization / ICAO) wajib mengacu kepada ketentuan yang ditetapkan oleh ICAO.
 


Definisi
 
Istilah navigasi berasal dari bahasa Latin navis yang artinya kapal dan agere yang artinya mengarah atau bergerak (direct or move). Navigasi didefinisikan sebagai proses mengarahkan gerakan kapal dari satu tempat ke tempat lain. Kapal dalam arti luas bisa diartikan benda yang memerlukan pengarahan atau yang bisa diarahkan. Tidak seperti kapal laut atau navigasi di laut, navigasi udara terkait dengan gerakan pesawat terbang di atas permukaan bumi di dalam atmosfir. Oleh karena itu navigasi udara dapat didefinisikan sebagai proses penentuan posisi geografis dan mempertahankan gerakan pesawat terbang terhadap permukaan bumi.
 

Perbedaan Antara Navigasi Penerbangan  dan Navigasi Lainnya
  
       Navigasi penerbangan memiliki faktor-faktor berbeda yang diperhatikan dibandingkan dengan navigasi transportasi lainnya, yaitu :
 
 a.    Memerlukan gerakan kontinyu : sebuah kapal laut atau kendaraan darat dapat menangani gerakan yang tidak menentu atau bisa berhenti kapan saja dan di mana saja untuk menunggu kondisi yang lebih baik, namun tidak demikian dengan pesawat terbang, ia harus senantiasa terbang terus menerus apapun yang terjadi



b.      Bahan bakar terbatas : pesawat terbang hanya bisa tetap berada di atas permukaan bumi dalam tempo terbatas (selama persediaan bahan bakar masih ada)


c.       Kecepatan pesawat terbang sangat tinggi : navigasi bagi pesawat terbang yang berkecepatan tinggi memerlukan perencanaan terbang yang lebih rumit dan prosedur bernavigasi yang harus dilakukan secara akurat dan cepat


d.        Pengaruh cuaca yang sangat menentukan :

1)      Jarak pandang (visibility) sangat menentukan apakah benda-benda di darat bisa dilihat oleh mata penerbang. Tinggal landas dan pendaratan ditentukan oleh besaran jarak pandang;

2)     Angin lebih mudah menggeser posisi pesawat terbang dibandingkan dengan kapal laut atau kendaraan darat;
3)      Perubahan suhu udara sangat berpengaruh terhadap besaran gaya angkat (lift);

4)    Perubahan tekanan atmosfir sangat berpengaruh terhadap ketepatan penunjukan ketinggian pesawat terbang. 











Perkembangan Navigasi Penerbangan

Pada awalnya dalam bernavigasi, orang menggunakan bantuan benda langit yaitu rasi bintang yang bertebaran di langit. Cara ini disebut dengan istilah astro-navigasi. Dewasa ini cara tersebut sudah tidak digunakan lagi. Masalah di dalam navigasi penerbangan utamanya adalah menentukan arah penerbangan, menentukan posisi dan mengukur jarak dan waktu. Apabila bernavigasi tanpa alat bantu (aids) yaitu tanpa memperoleh posisi informasi dari alat khusus yang khusus dirancang untuk memberikan informasi posisi, maka cara dasar bernavigasi adalah menggunakan cara dead reckoning (DR). Dalam cara ini penentuan posisi menggunakan data arah dan kecepatan pesawat terbang. Posisi mendatang diperoleh melalui perhitungan kecepatan kali waktu dihubungkan dengan arah. Unsur yang paling penting dalam menentukan posisi DR adalah lamanya terbang (elapsed time) arah, jarak dan kecepatan pesawat terbang.
 


Kini seluruh teknik dan fungsi bernavigasi dilakukan dengan alat bantu navigasi (navigational aids disingkat NAVAID). Dengan alat bantu navigasi ini navigator dan/atau penerbang dapat menentukan posisi lebih akurat dan cepat. Di masa mendatang, cara bernavigasi menggunakan satelit secara global yang dikenal dengan istilah Sistem Satelit Navigasi Global (Global Navigation Satellite System atau GNSS) khususnya GPS (Global Positioning System).


Sumber :
Materi Pendidikan dan Pelatihan Teknis Meteorologi Penerbangan – STPI, Aminarno Budi Pradana. Maret 2011.

0 komentar:

Post a Comment