Friday, September 25, 2015

Pe-Patah

Pe-Patah

Di antara keberadaanku, belum sempat pun ku terjaga.

Pada sebuah naungan, aku mimbarkan selaksa nestapa

Yang masih tetap mengurungku dalam luka.
 
Dalam semburat senja yang terpancar di keheningan,

Aku pun berubah menjadi debu yang beterbangan.

Mengatup semua mata yang memandang hina


Di akhir keterlenaan yang sudah terlalu.
 
Senyap angin menghantarkan berjuta bisik yang masih purba

Sebuah arbiter jiwa yang terlalu penuh luka

Dan pada akhirnya jiwa ini mati.

Jika waktu-Mu nyata, ingin aku kembali

Tengadah sebelum akhirnya diriku patah.

Dalam serpihan, dalam butiran ratap yang aku hujam;
 
Meretas dalam daksa

Yang harus hancur

Terbelenggu oleh hasrat yang tak diam-diam.



Dikutip dari kumpulan puisi Firman Nugraha "Bulan di Atas Sungai".
Dipilih oleh hati yang mulai lupa akan cinta. 

0 komentar:

Post a Comment