1).TNI melarang nelayan Aceh
membawa pengungsi Rohingya ke wilayah RI
Salah-seorang
bocah Rohingya yang tengah dirawat di wilayah Aceh Utara setelah kapalnya
diselamatkan nelayan Aceh.
Para nelayan
yang beroperasi di wilayah Aceh dilarang menjemput dan membawa etnis Rohingya
yang terjebak di laut ke wilayah Indonesia, kecuali kapal yang ditumpangi para
imigran itu tenggelam, demikian juru bicara TNI.
"Jangan
sampai ada nelayan kita menjemput mereka (kaum Rohingya) ke luar batas laut
kita, kemudian keluar dari kapal dan masuk perahu nelayan, dan masuk wilayah
kita. Itu yang kita larang," kata juru bicara TNI Fuad Basya kepada
wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Senin (18/05) siang.
Sebelumnya,
sejumlah nelayan asal Aceh mengatakan mereka dilarang untuk menjemput dan
membawa imigran gelap asal Myanmar dan Bangladesh.
Kepada
wartawan BBC, dua nelayan Aceh mengaku, mereka dilarang menyelamatkan para
pengungsi Rohingya dari laut, "bahkan jika kapal mereka tenggelam
sekalipun."
Fuad Basya
membantahnya. Dikatakannya TNI tidak melarang upaya penyelamatan ke darat
apabila "kapalnya tenggelam atau mereka terapung-apung di laut dan tidak
ada kapalnya."
Fuad Basya
mengatakan, orang asing yang masuk wilayah daratan Indonesia harus menggunakan
dokumen resmi.
"TNI
mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan wilayah Indonesia, termasuk di
laut," katanya.
TNI sejauh
ini memperketat patroli di kawasan laut di Sumatera untuk
mencegah kedatangan imigran gelap.
Orang ibu
asal Bangladesh beserta anak-anaknya di lokasi pengungsian di Aceh Utara.
Terpanggil untuk membantu
Sebelumnya,
sejumlah nelayan Aceh mengatakan, mereka merasa terpanggil untuk membantu para
pengungsi yang sebagian adalah etnis Rohingya dari Myanmar.
“Kami
mendengarkan teriakan Allahu Akbar dan sebagian laki-laki terjun ke laut, untuk
mencapai kapal kami,” jelas Ar Rahman, salah seorang nelayan, kepada wartawan
BBC Indonesia, Sri Lestari.
Ar Rahman
mengatakan, ratusan pengungsi Rohingya itu berada di kapal yang oleng ketika
dia dan nelayan lainnya mencapai lokasi setelah menerima informasi dari radio
komunikasi antar pelaut.
Petugas
kesehatan di Aceh utara menolong salah-seorang bocah dari keluarga asal Bangladesh.
Pekan lalu, , sekitar 700 orang pengungsi asal
Myanmar dan Bangladesh ditolong oleh nelayan di Aceh Utara, dan
membawanya ke daratan.
Kepada BBC, salah
seseorang sesepuh nelayan Aceh -yang dijuluki Panglima Laut- Yahya Hanafiah
mengatakan, dirinya telah meminta para nelayan Aceh untuk menyelamatkan para
pengungsi yang terdampar di laut.
“Kami
meminta nelayan di Aceh untuk menyelamatkan mereka demi kamanusiaan, karena
'kan kita hidup berputar, nanti siapa tahu kita yang membutuhkan,” jelas Yahya.
Ratusan
pengungsi yang ditempatkan di gudang Pelabuhan Kuala Langsa Aceh ini berasal
dari kapal yang terombang ambing di laut, setelah ditolak masuk ke Indonesia
dan Malaysia oleh Angkatan Laut kedua negara.
2).Banda Aceh -
Ketua DPD Front Pembela Islam (FPI) Aceh, Tgk. Muslim At-Tahiry,
meminta ratusan warga muslim Rohingya yang berada di Aceh, supaya tidak
dikembali ke negara asalnya. Pasalnya, dikwatirkan mereka akan mendapatkan
siksaan yang lebih sadis.
"Kami sangat mendukung bila
warga Rohingya yang ada di Aceh menjadi penduduk Aceh dan tidak dikembalikan
lagi," ujar Tgk. Muslim At-Tahiry, Senin (18/5).
Untuk itu, ia mengharapkan kepada
pemerintah Aceh untuk mengeluarkan surat pernyataan supaya warga Rohingya yang
berada di pengungsian menjadi penduduk Aceh.
Kata dia, dalam Islam diajarkan
untuk menolong sesama Muslim, serta melindungi mereka dari ancaman nyawa yang
dilakukan oleh pemerintah di negaranya.
"Sangat sedih, mereka diusir
oleh pemerintah Myanmar. Bahkan mereka di sana juga tidak diberikan hak
kewarganegaraan," jelasnya.
Dia mengatakan siap jika nanti para
imigran itu akan ditempatkan di sejumlah pesantren yang ada di Aceh.
Lebih lanjut dikatakan, pihaknya
sudah melakukan koordinasi dengan DPP FPI terkait keinginan FPI Aceh menjadikan
penduduk Aceh dan menempatkan di pesantren maupun Dayah.
3). Jakarta,
CNN Indonesia -- Lebih dari seribu imigran gelap
asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di tiga kabupaten di Aceh pada pekan
lalu rencananya akan kembali dideportasi ke negara asal.
Kepala Kepolisian Resor Langsa, AKBP Sunarya menyatakan hingga saat ini di daerah Langsa terdapat 676 imigran yang ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh, setelah ditemukan terombang-ambing di perairan Indonesia oleh nelayan setempat.
Sunarya menyatakan para imigran tersebut mendapat bantuan dari kantor imigrasi, Organisasi Migrasi Internasional (IOM), badan pengungsian PBB (UNHCR) dan masyarakat setempat.
Sunarya mengungkapkan pihaknya telah melakukan kordinasi dengan sejumlah pihak lainnya soal rencana mendeportasi ratusan imigran di wilayah Langsa.
"Telah ada kesepakatan antara kami, pihak imigrasi, Duta Besar Bangladesh dan atas arahan Menkopolhukam bahwa mereka akan dideportasi kembali ke negara asal," kata Sunarya ketika dihubungi CNN Indonesia, Senin (18/5).
Meskipun demikian, Sunarya belum dapat memastikan kapan tepatnya para imigran ilegal tersebut akan dipulangkan ke negara asal. Selain itu, belum ada kordinasi dari pemerintah Myanmar terkait rencana deportasi ini.
Kepala Kepolisian Resor Langsa, AKBP Sunarya menyatakan hingga saat ini di daerah Langsa terdapat 676 imigran yang ditampung di Pelabuhan Kuala Langsa, Aceh, setelah ditemukan terombang-ambing di perairan Indonesia oleh nelayan setempat.
Sunarya menyatakan para imigran tersebut mendapat bantuan dari kantor imigrasi, Organisasi Migrasi Internasional (IOM), badan pengungsian PBB (UNHCR) dan masyarakat setempat.
Sunarya mengungkapkan pihaknya telah melakukan kordinasi dengan sejumlah pihak lainnya soal rencana mendeportasi ratusan imigran di wilayah Langsa.
"Telah ada kesepakatan antara kami, pihak imigrasi, Duta Besar Bangladesh dan atas arahan Menkopolhukam bahwa mereka akan dideportasi kembali ke negara asal," kata Sunarya ketika dihubungi CNN Indonesia, Senin (18/5).
Meskipun demikian, Sunarya belum dapat memastikan kapan tepatnya para imigran ilegal tersebut akan dipulangkan ke negara asal. Selain itu, belum ada kordinasi dari pemerintah Myanmar terkait rencana deportasi ini.
"Masih ada proses pendataan
yang dilakukan UNHCR. Masih ada juga yang dirawat karena sakit," ujar
Sunarya.
Sunarya mengungkapkan dari 676 "manusia perahu" asal Myanmar dan Bangladesh, terdapat 43 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit setempat karena sakit. Para imigran akan dikembalikan ke tempat penampungan setelah menjalani perawatan.
"Kebanyakan mengaku pusing, mual, dan diare," kata Sunarya melanjutkan.
Sementara, Kepala SAR Aceh Budiawan menyatakan bahwa saat ini terdapat 1.306 imigran Rohingya dan Bangladesh yang ditampung di tiga kabupaten di Aceh. Selain ratusan imigran yang ditampung di Langsa, sebanyak 583 imigran ditampung di Lhokseumawe dan 47 imigran lainnya di Aceh Tamiang.
Menurut data UNHCR ada sekitar 25 ribu warga Muslim Rohingya yang mengungsi dari Myanmar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Jumlah ini dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sunarya mengungkapkan dari 676 "manusia perahu" asal Myanmar dan Bangladesh, terdapat 43 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit setempat karena sakit. Para imigran akan dikembalikan ke tempat penampungan setelah menjalani perawatan.
"Kebanyakan mengaku pusing, mual, dan diare," kata Sunarya melanjutkan.
Sementara, Kepala SAR Aceh Budiawan menyatakan bahwa saat ini terdapat 1.306 imigran Rohingya dan Bangladesh yang ditampung di tiga kabupaten di Aceh. Selain ratusan imigran yang ditampung di Langsa, sebanyak 583 imigran ditampung di Lhokseumawe dan 47 imigran lainnya di Aceh Tamiang.
Menurut data UNHCR ada sekitar 25 ribu warga Muslim Rohingya yang mengungsi dari Myanmar dalam tiga bulan pertama tahun ini. Jumlah ini dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu.
0 komentar:
Post a Comment