'Khadijah binti Khuwailid'
merupakan isteri pertama Nabi Muhammad. Nama lengkapnya adalah Khadijah binti
Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan
dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani
Asad dari suku Quraisy. Ia merupakan wanita As-Sabiqun al-Awwalun.
Khadijah berasal dari golongan
pembesar Mekkah. Menikah dengan Nabi Muhammad, ketika berumur 40 tahun,
manakala Nabi Muhammad berumur 25 tahun. Ada yang mengatakan usianya saat itu
tidak sampai 40 tahun, hanya sedikit lebih tua dari Nabi Muhammad. Khadijah
merupakan wanita kaya dan terkenal. Khadijah bisa hidup mewah dengan hartanya
sendiri. Meskipun memiliki kekayaan melimpah, Khadijah merasa kesepian hidup
menyendiri tanpa suami, karena suami pertama dan keduanya telah meninggal.
Beberapa sumber menyangkal bahwa Khadijah pernah menikah sebelum bertemu Nabi
Muhammad. Khadijah dikenal sebagai wanita suci di zamannya tatkala di antara
lingkungannya sudah kotor. Beliau, Khadijah betul-betul pilihan Tuhan yang
dipersiapkan untuk menjadi istri Nabi Muhammad.
Pada suatu hari, saat pagi buta,
dengan penuh kegembiraan ia pergi ke rumah sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal.
Ia berkata, “Tadi malam aku bermimpi
sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah,
lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus
memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki
rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun
dari tidurku". Waraqah mengatakan, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan
mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran
yang semakin hari semakin meningkat". Tak lama kemudian Khadijah
ditakdirkan menjadi isteri Nabi Muhammad.
Ketika Nabi Muhammad masih muda
dan dikenal sebagai pemuda yang lurus dan jujur sehingga mendapat julukan
Al-Amin, telah diperkenankan untuk ikut menjualkan barang dagangan Khadijah.
Hal yang lebih banyak menarik perhatian Khadijah adalah kemuliaan jiwa Nabi
Muhammad. Khadijah lah yang lebih dahulu mengajukan permohonan untuk meminang
Dia, yang pada saat itu bangsa Arab jahiliyah memiliki adat, pantang bagi
seorang wanita untuk meminang pria dan semua itu terjadi dengan adanya usaha
orang ketiga, yaitu Nafisah Binti Munyah dan peminangan dibuat melalui paman
Muhammad yaitu Abu Thalib. Keluarga terdekat Khadijah tidak menyetujui rencana
pernikahan ini. Namun Khadijah sudah tertarik oleh kejujuran, kebersihan dan
sifat-sifat istimewa Dia ini, sehingga ia tidak memedulikan segala kritikan dan
kecaman dari keluarga dan kerabatnya.
Setelah menikah dengan
Rasulullah, Khadijah menyerahkan segala urusan karirnya sebagai seorang pengusaha
kepada Rasulullah. Karena ia percaya laki-laki lebih cermat dalam segala urusan
yang bersifat material dan dia memilih karir yang lebih mulia, yaitu menjadi
seorang ibu rumah tangga. Pengayom anak-anak dan suaminya serta pelengkap dunia
bagi Rasulullah.
Mengenai ketertarikannya kepada
Nabi Muhammad, Khadijah mengatakan “Jika
segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja
Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu, maka
semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.”
Khadijah dengan kecerdasan dan
kejernihan perasaannya mendobrak tradisi jahiliyah dengan mendampingi
Rasulullah dalam dakwahnya, menjadi penasehat terbaik Rasulullah dan tempat
Rasulullah kembali setelah segala kepenatannya mengurusi segala urusan dunia.
Khadijah lah yang senantiasa memberikannya kasih sayang dan ketegaran dalam
segala rintangan yang Rasulullah hadapi.
Sewaktu malaikat turun membawa
wahyu kepada Muhammad, maka Khadijah adalah orang pertama yang mengakui
kenabian suaminya, dan wanita pertama yang memeluk Islam. Beliau turut
menenangkan hati Rasulullah, di kala kegalauan Nabi sewaktu wahyu pertama
turun. Khadijah berkata, "Tidak
demikian, tapi bergembiralah. Maka demi Allah, Allah takkan Mencelakakan engkau
selamanya; engkau suka menyambungkan tali silaturahim, dan selalu jujur dalam
bicara, meringankan derita orang lain, menyantuni orang tak mampu, menjamu
tamu, dan menolong orang lain untuk mendapatkan haknya." Sepanjang
hidupnya bersama Nabi, Khadijah begitu setia menyertainya dalam setiap
peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira’, ia pasti menyiapkan
semua perbekalan dan keperluannya. Seandainya Nabi Muhammad agak lama tidak
pulang, Khadijah akan melihat untuk memastikan keselamatan suaminya. Sekiranya
Nabi Muhammad khusyuk bermunajat, Khadijah tinggal di rumah dengan sabar
sehingga Beliaau pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam
keadaan gelisah, dia coba sekuat mungkin untuk mententram dan menghiburkan,
sehingga suaminya benar-benar merasai tenang. Setiap ancaman dan penganiayaan
dihadapi bersama. Allah mengkaruniakannya 6 orang anak, yaitu Qasim, Abdullah,
Zainab, Ruqaiah,Ummi Kultsum, dan Fatimah.
Dalam banyak kegiatan peribadatan
nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air
untuk mengambil wudhu. Nabi Muhammad menyebut keistimewaan terpenting Khadijah
dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia
beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku.
Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya
kepadaku.” Khadijah telah hidup bersama-sama Nabi Muhammad selama 24 tahun dan
wafat dalam usia 64 tahun 6 bulan. Beliau meninggal di gunung Hujun, dan
dimakamkan di pemakaman dekat Mekkah setelah sakit-sakitan dan melemah setelah
lama menahan rasa lapar setelah masa boikot oleh orang Quraisy selama 3 tahun.
Khadijah adalah satu-satunya
istri yang tidak pernah di duakan oleh Rasulullah, hingga dia wafat pun
Rasulullah tidak bisa berhenti mencintainya. Sepeninggal Khadijah, Rasulullah
merasakan kesedihan yang sangat mendalam sehingga turun perintah agar
Rasulullah menikah lagi. Kemudian Rasulullah menikah dengan Aisyah, putri dari
Abu Bakar yang saat itu masih kecil dan belum baligh dan beberapa janda.
Diantara semua istrinya, Rasulullah paling dekat dengan Aisyah setelah ia
dewasa, namun tetap saja Aisyah tidak dapat menggantikan Khadijah dalam hati
Rasulullah. Hingga suatu hari Aisyah
pernah mengatakan "Aku tidak pernah
merasakan kecemburuan yang begitu besar selain pada Khadijah, padahal dia sudah
tiada tapi kerap kali ku jumpai Rasulullah masih sering menyebut namanya."
Suatu hari aku tanyakan kepada
rasulullah "Jika ada dua buah yang
satu segar sedang yang satu layu kau akan pilih yanga mana ?" Lalu
rasulullah menjawab "yang segar" lalu kembali ku bertanya "Mengapa
engkau masih sering menyebut perempuan tua itu (Khadijah) sedang aku disismu
lagipula aku lebih cantik dan muda ?" Lalu Rasulullah menjawab lagi
"Karena dia adalah ibu dari
anak-anakku, dialah yang senantia menemaniku di waktu sukar senangku sungguh
kecintaanku terhadapnya tak akan tergantikan" Rasulullah pun pernah
mengatakan "sebaik-baik wanita dunia
adalah Khadijah"
"Sesungguhnya manusia diciptakan dari satu jiwa (adam) dari jiwa itu
allah menciptakan pasangannya ( Q.S. An-Nisa Ayat 1 )"
Sesungguhnya banyak cara allah
mempertemukan cinta sejati. Tak selalu yang pertama tak selalu yang paling
utama, namun tulang rusuk akan mengenali siapa pemiliknya.
Referensi
Yaqut, Syaikh
Muhammad (Oktober 2014). "Pelajaran
Berharga dari Kehidupan Khadijah". Qiblati 9 (2):
73 – 77. ISSN 1907-0039.
Hadits riwayat Bukhari no.4572
adz-Dzahabi, Siyar A'lamin Nubala 2/112.
0 komentar:
Post a Comment