Eksistensi Cuaca dalam Penerbangan-Complicated Relationship
Dalam penerbangan, perihal keselamatan adalah prioritas utama.
Keselamatan penerbangan berkaitan dengan banyak faktor, antara lain
faktor manusia, faktor kondisi dan jenis pesawat terbang, fasilitas dan
sarana Bandar udara, fasilitas dan sarana telekomunikasi, dan faktor
cuaca. Dari kemungkinan penyebab kecelakaan pesawat terbang, 30% antara
lain karena faktor cuaca, teknis pesawat, fasilitas penunjang operasi
penerbangan, dan pelayanan lalu-lintas udara; sedangkan 70% dari faktor
manusia yang termasuk baik awak pesawat maupun yang memberi pelayanan
kepada pesawat terbang.
Bagaimana peran cuaca dalam penerbangan?
Karena masalah penerbangan menyangkut banyak hal baik dalam lingkup
nasional maupun internasional maka Organisasi Penerbangan Sipil
Internasional (ICAO) menetapkan berbagai aturan yang berkaitan dengan
keselamatan penerbangan tersebut. Khususnya dalam menetapkan aturan yang
berkaitan dengan cuaca, ICAO bekerjasama dengan Organisasi Meteorologi
Dunia ( World Meteorological Organization = WMO).
Meskipun teknologi penerbangan makin maju namun karena frekuensi penerbangan juga makin meningkat kecelakaan pesawat terbang masih tetap mempunyai kemungkinan yang tinggi. Laju keseringan penerbangan di Amerika Serikat sejak tahun 1988 sekitar 10% setiap tahun (buletin WMO no.1 vol.38 Jan.1988); di Indonesia (data IATS Analysis) antara 1988 – 2003 sekitar 3,9% dan diperkirakan naik menjadi sekitar 6,4% sampai akhir 2013. Dengan demikian makin banyak kegiatan penerbangan, beban tanggung jawab keselamatan penerbangan juga makin meningkat.
Bicara cuaca untuk dunia penerbangan bukan lah barang baru. Cuaca
adalah salah satu faktor yang paling utama. Jika kita tahu cuaca akan
buruk sebelum take off, tentu menyeramkan bahkan bisa menjadi mulas
alias momok.
Dalam dunia penerbangan, kondisi cuaca meliputi curah hujan, kelembaban
udara, jarak pandang, serta arah dan kecepatan angin merupakan informasi yang
penting untuk diketahui oleh awak pesawat.
Peran cuaca dalam penerbangan sangat besar. Cuaca mempunyai dua peran.
Disatu sisi informasi cuaca mempunyai andil dalam peningkatan efisiensi
dan efektivitas kegiatan dan keselamatan penerbangan, di sisi lain
mempunyai potensi yang membahayakan sampai dapat menimbulkan kematian.
Namun demikian tidak mudah untuk mengatakan cuaca yang mana yang
membahayakan, karena dampak cuaca bergantung pula kepada faktor lain.
Khususnya dalam penerbangan, selain kadar atau intensitas unsur cuaca,
jenis pesawat, kondisi pesawat, dan posisi penerbangan juga merupakan
faktor yang menentukan sensitifitasnya terhadap cuaca. Misalnya angin
silang (cross wind) di landasan terbang yang bekecepatan 20 knot,
mungkin dapat menimbulkan bahaya bagi pesawat kecil yang melakukan
pendaratan, tetapi tidak ada pengaruhnya bagi pesawat terbang besar dan
modern. Dari posisi terbang, angin 20 knot pada paras penerbangan 30.000
kaki tidak terasakan bagi pesawat besar yang terbang pada paras
tersebut, tetapi bila terjadi pada paras rendah sangat berarti bagi
pesawat terbang kecil yang terbang pada paras tersebut.
Dengan demikian
kriteria membahayakan bergantung juga kepada macam penerbangan. Namun
demikian karena setiap pesawat terbang mempunyai tiga kegiatan yang
sama, yakni tinggal landas, terbang, dan mendarat maka penggunaan arti
bahaya dalam penerbangan umumnya diterapkan untuk masing-masing kegiatan
tersebut.
Sudah banyak sekali terjadi kecelakaan penerbangan karena faktor cuaca
yang buruk. Dalam dunia penerbangan, cuaca buruk adalah kondisi cuaca
yang dikhawatirkan dapat mengganggu proses pengoperasian pesawat terbang
pada saat lepas landas, maupun saat landing di bandara tujuan.
Cuaca buruk dapat berdampak pada operasional penerbangan, baik in-flight
maupun ground operation. Salah satu efek cuaca buruk pada saat pesawat
in-flight adalah terjadinya turbulence. Turbulence terdiri dari beberapa jenis,
salah satu diantaranya yang mempunyai efek signifikan terhadap penerbangan
adalah Clear Air Turbulence (CAT).
Turbulence jenis ini menyebabkan efek yang signifikan dikarenakan
kehadirannya yang tidak dapat terdeteksi. Keberadaan CAT sulit untuk dideteksi
melalui mata telanjang dan radar konvensional. Namun, masih dapat dideteksi
dari jarak jauh menggunakan instrumen yang dapat mengukur turbulence dengan
optical technique, seperti Scintillometers, Doppler LIDARs atau interferometer
N-slit.
Kejadian in-flight turbulence dapat membahayakan awak pesawat, baik
penerbang dan awak kabin maupun penumpang. Guncangan yang terjadi di dalam
pesawat akibat turbulence dapat mengakibatkan cidera yang disebabkan oleh
hantaman/benturan anggota tubuh dengan benda-benda di dalam pesawat.
Untuk itu, pada saat terjadi turbulence semua awak kabin dan penumpang
diharuskan kembali ke tempat duduk masing-masing dan menggunakan seatbelt.
Ketika seatbelt sign dinyalakan, kegiatan in-flight service perlu dilakukan
secara hati-hati. Penyediaan minuman panas kepada penumpang tidak
diperbolehkan, karena guncangan bisa mendadak semakin kencang, dan air panas
tersebut dapat tumpah menciderai penumpang maupun awak kabin. Apabila
turbulence semakin signifikan, seluruh kegiatan in-flight service akan
dihentikan dengan segera.
Informasi mengenai kondisi cuaca dalam rute perjalanan penerbangan
sangatlah penting bagi para penerbang untuk mengantisipasi terjadinya
turbulence maupun kondisi lain yang terkait dengan cuaca.
Sebuah flight plan suatu penerbangan dibuat dengan mengacu pada kondisi
cuaca, sehingga dibutuhkan weather forecast yang akurat, termasuk di dalamnya
kondisi cuaca di darat untuk keperluan proses take off dan landing.
Apa peran cuaca dalam pendaratan dan tinggal landas pesawat terbang ?
Pendaratan dan tinggal landas tergolong masa kritis bagi penerbangan.
Untuk pendaratan, faktor cuaca yang mempunyai potensi membahayakan
antara lain : Angin silang, yang dapat melencongkan arah pendaratan atau
tinggal landas. Angin haluan, yang dapat mengakibatkan penggunaan
landasan terlalu panjang. dorongan angin vertikal, dorongan angin horizontal,
dan guncangan, yang dapat melencongkan arah pendaratan atau tinggal
landas dan dapat menimbulkan pesawat terjungkal.
Langkisau, yang dapat
menghambat, melencongkan arah pendaratan atau tinggal landas, atau
pesawat terdorong. Banglas yang rendah, mengganggu penglihatan sehingga
pendaratan atau tinggal landas yang dilakukan secara visual tidak dapat
dilakukan dengan tepat. Tekanan dan suhu udara di permukaan landasan
atau Bandar udara, digunakan untuk penyetelan altimeter dan perhitungan
altitud kepadatan.
Kesalahan pengamatan tekanan atau kesalahan
pengesetan altimeter dapat menjatuhkan pesawat karena pesawat terbang
mendarat tidak tepat sesuai dengan elevasi landasan. Wind shear
dari awan cumulonimbus, yang mengganggu pendaratan atau tinggal landas
pesawat karena energi yang besar, pusaran yang kuat, dan arah angin yang
menyebar ke segala arah.
Cuaca buruk dapat berdampak pada operasional penerbangan, baik in-flight
maupun ground operation. Salah satu efek cuaca buruk pada saat pesawat
in-flight adalah terjadinya turbulence. Turbulence terdiri dari beberapa jenis,
salah satu diantaranya yang mempunyai efek signifikan terhadap penerbangan
adalah Clear Air Turbulence (CAT).
Turbulence jenis ini menyebabkan efek yang signifikan dikarenakan
kehadirannya yang tidak dapat terdeteksi. Keberadaan CAT sulit untuk dideteksi
melalui mata telanjang dan radar konvensional. Namun, masih dapat dideteksi
dari jarak jauh menggunakan instrumen yang dapat mengukur turbulence dengan
optical technique, seperti Scintillometers, Doppler LIDARs atau interferometer
N-slit.
Kejadian in-flight turbulence dapat membahayakan awak pesawat, baik
penerbang dan awak kabin maupun penumpang. Guncangan yang terjadi di dalam
pesawat akibat turbulence dapat mengakibatkan cidera yang disebabkan oleh
hantaman/benturan anggota tubuh dengan benda-benda di dalam pesawat.
Untuk itu, pada saat terjadi turbulence semua awak kabin dan penumpang
diharuskan kembali ke tempat duduk masing-masing dan menggunakan seatbelt.
Ketika seatbelt sign dinyalakan, kegiatan in-flight service perlu dilakukan
secara hati-hati. Penyediaan minuman panas kepada penumpang tidak
diperbolehkan, karena guncangan bisa mendadak semakin kencang, dan air panas
tersebut dapat tumpah menciderai penumpang maupun awak kabin. Apabila
turbulence semakin signifikan, seluruh kegiatan in-flight service akan
dihentikan dengan segera.
Informasi mengenai kondisi cuaca dalam rute perjalanan penerbangan
sangatlah penting bagi para penerbang untuk mengantisipasi terjadinya
turbulence maupun kondisi lain yang terkait dengan cuaca.
Informasi cuaca dapat diperoleh awak pesawat pada saat sebelum melakukan
penerbangan, yaitu dari briefing dengan Flight Dispatcher terkait dengan
weather forecast, serta pada saat pesawat in-flight, yaitu informasi dari Air
Traffic Controller (ATC), weather radar yang terpasang di cockpit dan informasi
dari Flight Following.
Apa saja unsur cuaca yang menjadi perhatian penting terkait kebutuhan bagi keselamatan dan kenyamanan penerbangan?
Unsur cuaca dimaksud itu meliputi prediksi arah angin, kecepatan angin, awan rendah dan kabut, tinggi dan ketebalan awan, visibilitas atau jarak pandang, turbulensi udara dan pengendapan es pada badan pesawat.
Unsur cuaca dimaksud itu meliputi prediksi arah angin, kecepatan angin, awan rendah dan kabut, tinggi dan ketebalan awan, visibilitas atau jarak pandang, turbulensi udara dan pengendapan es pada badan pesawat.
Data
analisa cuaca itu meliputi kawasan atau landasan take off, pada
lintasan atau rute penerbangan dan kondisi bandara yang akan dipakai
untuk pendaratan. Dengan demikian pengamatan cuaca bagi kepentingan
penerbangan harus bersifat menyeluruh atau paripurna.
Kondisi
cuaca bisa dikategorikan dalam beberapa situasi. Ada kategori cuaca
yang baik (Clear weather) hingga kategori cuaca sangat buruk (bad
weather). Berbagai kondisi itu akan sangat menentukan bagi proses
penerbangan, apakah penerbangan di lanjutkan, ditunda atau dibatalkan
sama sekali?
Ketika hujan yang sangat deras, ini bisa
mengganggu visibility(jarak pandang) dan menyebabkan landasan pacu
tergenang air sehingga berbahaya bagi proses take off maupun landing,
ini bisa dikategorikan dalam cuaca yang buruk. Kondisi angin juga
sangat penting untuk diwaspadai.
Menurut S. Budiardjo, Kepala
bagian BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Bandara
Soekarno-Hatta, kondisi angin yang ideal bagi proses pendaratan pesawat
misalnya, jika kondisi pesawat menyongsong arah angin (up/head wind). Jika
arah angin dari samping atau sisi badan pesawat (cross wind), kondisi ini
bisa mengganggu stabilitas pesawat yang akan mendarat.
Beberapa kondisi cuaca yang harus diwaspadai pada proses penerbangan antara lain adalah sebagai berikut:
Beberapa kondisi cuaca yang harus diwaspadai pada proses penerbangan antara lain adalah sebagai berikut:
Puting Beliung, merupakan angin kencang dengan kecepatan 65 – 180 km/jam dan berlangsung sekitar 5 – 20 menit.
Hujan Es. Hujan dalam bentuk padat (es) yang jatuh hingga ke permukaan tanah (hail), biasanya dihasilkan oleh awan Cumulonimbus (CB) aktif.
Badai Tropis, adalah pusaran angin raksasa yang tumbuh di atas laut yang panas. Pusat tekanan rata-rata 950 mb, kecepatan angin lebih besar dari 118 km/jam.
Cuaca Ekstrim, adalah kondisi cuaca yang ditengarai dengan kecepatan angin lebih dari 45 km/jam, suhu udara kurang dari 35 derajat celcius dan kurang dari 17 derajat celcius, serta kelembaban udara kurang dari 40%. Cuaca dapat juga diartikan sebagai gambaran kondisi fisik udara/lingkungan sesaat, baik dalam kondisi basah (hujan) dan atau kering yang berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Hujan Es. Hujan dalam bentuk padat (es) yang jatuh hingga ke permukaan tanah (hail), biasanya dihasilkan oleh awan Cumulonimbus (CB) aktif.
Badai Tropis, adalah pusaran angin raksasa yang tumbuh di atas laut yang panas. Pusat tekanan rata-rata 950 mb, kecepatan angin lebih besar dari 118 km/jam.
Cuaca Ekstrim, adalah kondisi cuaca yang ditengarai dengan kecepatan angin lebih dari 45 km/jam, suhu udara kurang dari 35 derajat celcius dan kurang dari 17 derajat celcius, serta kelembaban udara kurang dari 40%. Cuaca dapat juga diartikan sebagai gambaran kondisi fisik udara/lingkungan sesaat, baik dalam kondisi basah (hujan) dan atau kering yang berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Suhu udara, curah hujan, kelembaban udara,
tekanan udara dan angin merupakan unsur cuaca utama yang dapat diukur
dengan menggunakan alat meteorologi. Suhu udara di ukur dengan
thermometer, curah hujan dengan Penakar Hujan, kelembaban udara dengan
Thermohygrograph, tekanan udara dengan Barometer, serta arah dan
kecepatan angin dengan Anemometer.
Prakiraan kondisi
cuaca pada suatu tempat dan waktu dapat direfleksikan oleh nilai-nilai
unsur cuaca. Sebagai fenomena alam, cuaca sulit atau bahkan tidak dapat
dihindari. Manusia hanya dapat menyesuaikan aktivitasnya dengan kondisi
cuaca tertentu dan memprediksinya.
Jika dua massa udara yang
konvergen horizontal mempunyai suhu dan massa jenis berbeda bertemu,
maka massa udara yang lebih panas akan dipaksa naik di atas massa udara
dingin. Pada bidang batas antara kedua massa udara ini terjadi
kondensasi, dan akhirnya tumbuh awan dan hujan. Pertumbuhan awan ini
cenderung mendatar. Hujan yang terjadi biasanya tidak lebat, namun
berlangsung lama.
Akibat pemanasan radiasi matahari, udara
permukaan akan memuai dan bergerak naik, lantas mengembun. Gerakan
vertikal udara lembab yang mengalami pendinginan dengan cepat akan akan
menghasilkan awan dan hujan deras. Pertumbuhan awan ini cenderung
vertikal. Hujan yang terjadi biasanya lebat namun tidak lama.
Bila
gerakan udara melalui pegunungan atau bukit yang tinggi, maka udara
akan dipaksa naik. Setelah terjadi kondensasi, tumbuhlah awan dan hujan
dibagian atas angin (windward side). Sebaliknya pada lereng di bagian
bawah angin, udara yang turun akan mengalami pemanasan dengan sifat
kering, dan daerah ini lazim disebut daerah bayangan hujan.
Informasi cuaca tersebut digunakan oleh para penerbang dalam membuat keputusan di
dalam pesawat, misal penentuan rute penerbangan, keputusan untuk fase take off
dan landing atau memberikan pengumuman kepada awak kabin dan penumpang apabila
kondisi cuaca buruk, menyalakan seat belt sign untuk menandakan akan terjadinya
guncangan dan lain-lain.
Selain dibutuhkan sebagai referensi bagi penerbang, informasi kondisi cuaca
juga sangat dibutuhkan bagi para pekerja ground operations. Pekerjaan terkait
dengan ground handling, cargo handling, maintenance release, perawatan pesawat
serta segala pekerjaan operasional yang dilakukan di bandar udara juga sangat
membutuhkan informasi terkait dengan cuaca.
Aerodrome warning system merupakan suatu standar di bandar udara yang
dipersyaratkan oleh ICAO “Aerodrome warnings shall be issued by the
meteorological office designated by the meteorological authority concerned and
shall give concise information of meteorological conditions which could
adversely affect aircraft on the ground, including parked aircraft, and the
aerodrome facilities and service” (ICAO Annex 3 chapter 7.3.1).
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan weather
forecast dan juga hal-hal lainya yang berkaitan dengan perubahan cuaca yang
sangat signifikan sesuai dengan yang disyaratkan ICAO. Informasi tersebut
kemudian diteruskan ke berbagai pihak yang memerlukan seperti disebutkan diatas
sebagai upaya mengantisipasi dan menghindari terjadinya kerusakan, insiden
maupun accident.
Di sisi lain, diperlukan juga kewaspadaan dari para pekerja ground
operation, terutama yang bekerja di area hangar, apron dan remote area dari
suatu bandar udara.
Apabila selama ini yang menjadi fokus dalam upaya peningkatan ground safety
awareness adalah mengenai jarak antar equipment, jarak antar equipment dan
pesawat, kecepatan dan teknik mengendarai equipment di apron, namun saat ini
diketahui bahwa ternyata faktor cuaca juga perlu untuk diwaspadai, khususnya
hujan deras dan angin kencang.
Salah satu dampak signifikan yang dapat terjadi akibat hujan deras dan
angin kencang di ground area adalah terhempasnya ground equipment menuju ke
arah pesawat, menyebabkan pesawat tergores atau tertabrak equipment di
sekitarnya.
Tidak menutup kemungkinan, selain menyebabkan kerusakan pesawat dan
equipment, kejadian ini juga menyebabkan cidera bagi para pekerja. Oleh karena
itu, apabila sudah ada indikasi cuaca buruk perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan, diantaranya menempatkan ground equipment pada tempat yang
aman, memasang locking system dengan benar, bila diperlukan dipasang double
lock system, serta selalu lakukan pemantauan (jangan meninggalkan area tanpa
adanya pengawasan).
Seberapa besar nilai ekonomi manfaat cuaca dalam penerbangan?
Secara umum studi tentang keuntungan ekonomi dari pemanfaatan cuaca dan informasi cuaca dalam penerbangan telah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Fairbanks dkk. (1993), Robinson dkk. (1994). Perhitungan nilai ekonomi umumnya dilakukan dengan ukuran penghematan waktu terbang (waktu terbang minima) dan efisiensi pengaturan beban dan pengisian bahan bakar (fuel loading). Tetapi tidak dapat dihitung nilainya secara kuantitatif dalam hal yang berkaitan dengan keselamatan.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kawan-kawan semua dan Have a Safe Flight.
No bird soars too high if he soars with his own wings
Referensi
Tabloid Aviasi (Edisi 63 Thn VI – September 2013)
https://www.facebook.com/flightozone/posts/186117418246645
https://m.facebook.com/notes/tabloid-aviasi/cuaca-buruk-momok-bagi-penerbangan/135308356490411/
0 komentar:
Post a Comment