Foraminifera-Foram of The Earth
Foraminifera
adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai cangkang atau test
(istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan melimpah sebagai fosil,
setidaknya dalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang foraminifera umumnya
terdiri dari kamar-kamar yang tersusun sambungmenyambung selama masa
pertumbuhannya. Bahkan ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung
yang terbuka atau berbentuk bola dengan satu lubang.
Cangkang foraminifera
tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel
lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit)
tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran
berkisar dari 100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil
foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan
perkembangan mikropaleontologi dan geologi.
Manfaat fosil
Foraminifera
Fosil foraminifera
bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi
minyak dan gas bumi.
a.
Biostratigrafi
Foraminifera
memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada beberapa alasan bahwa
fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga khususnya untuk
menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut. Data penelitian
menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium, lebih dari 500 juta
tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara terus-menerus,
dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu (umur) yang
berbedabeda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan penyebaran
horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan
terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara
mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
b. Paleoekologi
dan Paleobiogeografi
Foraminifera
memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala Geologi). Karena spesies
foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan yang berbeda pula, seorang
ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan
lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera
telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau,
menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu global
yang terjadi selama jaman es. Sebuah sampel kumpulan fosil foraminifera
mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai sekarang, maka pola
penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat digunakan untuk memprakirakan
lingkungan masa lampau di tempat kumpulan fosil foraminifera diperoleh, ketika
fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah sampel mengandung kumpulan
fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada
beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau.
Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies
plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera planktonik dari total kumpulan
foraminifera planktonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio
Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material penyusun
cangkang.
Aspek
kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena mencerminkan sifat
kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai contoh, perbandingan
isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air bersuhu lebih tinggi
cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih ringan. Pengukuran
isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik dan bentonik yang
berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia telah
dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa lampau.
Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut telah berubah di
masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di masa yang akan
datang (keakuratannya belum teruji).
c. Eksplorasi
Minyak
Foraminifera
dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak spesies foraminifera dalam
skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang pendek. Dan banyak pula
spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada lingkungan yang spesifik atau
ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi dapat meneliti sekeping
kecil sampel batuan yang diperoleh selama pengeboron sumur minyak dan
selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat batuan tersebut
terbentuk.
Sejak
1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian mikropaleontologi
dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan menggunakan fosil
foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam mengarahkan suatu
pengeboran ke arah samping pada horison yang mengandung minyak bumi guna
meningkatkan produktifikas minyak. Selain ketiga hal tersebut dia atas foraminifera
juga memiliki kegunaan dalam analisa struktur yang terjadi pada lapisan batuan.
Sehingga sangatlah penting untuk mempelajari foraminifera secara lengkap.
Dari cara
hidupnya dibagi menjadi 2 :
1. Pellagic (mengambang)
a. Nektonic (bergerak aktif)
b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti
keadaan sekitarnya
2. Benthonic (pada dasar laut)
a. Secile (mikro fosil yang
menambat/menepel)
b. Vagile (merayap pada dasar laut)
Kegunaan Dari Mikro Fosil Foraminifera
Beberapa manfaat
fosil antara laian sebagai berikut:
1. Membantu
korelasi penampang suatu daerah dengan daerah lain baik
bawah permukaan maupun di permukan.
2. Menentukan umur, misalnya umur
suatu lensa batu pasir yang terletak di dalam lapisan
serpih yang tebal dapat ditentukan dengan
mikrofosil yang ada dalam batuan yang
melingkupi.
3. Membantu
studi mengenai spesies.
4. Dapat memberikan
keterangan-keterengan palenteologi yang penting dalam menyusun
suatu standar section suatu daerah.
5. Membantu
menentukan batas-batas suatu transgresi/regresi serta tebal/tipis lapisan.
Berdasarkan
kegunaannya dikenal beberapa istilah, yaitu :
1. Fosil
indeks/fosil penunjuk/fosil pandu
Yaitu fosil yang dipergunakan sebagai
penunjuk umur relatif. Umumnya fosil ini
mempuyai penyebaran vertikal pendek dan
penyebaran lateral luas, serta mudah dikenal.
Contohnya : Globorotalina Tumida penciri
N18 atau Miocen akhir.
2. Fosil
bathymetry/fosil kedalaman
Yaitu fosil yang dipergunakan untuk
menentukan lingkungan kedalaman pengendapan.
Umumnya yang dipakai adalah benthos yang
hidup di dasar.
Contohnya : Elphidium spp penciri lingkungan transisi
3. Fosil
horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic
Yaitu fosil yang mencirikan khas yang
terdapat pada lapisan yang bersangkutan.
Contoh : Globorotalia tumida penciri N18.
4. Fosil
lingkungan
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai
penunjuk lingkungan sedimentasi.
Contohnya : Radiolaria sebagai penciri
lingkungan laut dalam.
5. Fosil iklim
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai
petunjuk iklim pada saat itu.
Contohnya : Globigerina Pachyderma penciri iklim
dingin.
Sistem
Reproduksi
Sedangkan selanjutnya dengan pada tahap seksual, pada bentuk-bentuk megalosfer ini membentuk kembali
inti-inti kecil (nucleioli) yang semakin banyak pada tahapan dewasa, dan
akhirnya pecah keluar melalui apertur sambil membawa protoplasma dan membentuk
flagel untuk pergerakkannya. inti-inti dengan flagel itu disebut sebagai gamet
jantan/betina. gamet-gamet
tersebut saling beregerak mencari pasangan yang berlawanan untuk kemudian
berkonjugasi (seksual fase) membentuk individu baru dengan proloculum kecil dan
cangkang yang relatif besar, disebut mikrosfer. pada tahap selanjutnya mikrosfeer ini akan membelah
diri kembali seperti pada tahap asexual dan selanjutnya terulang kembali siklus
yang sama.
Credit goes to Yusuf Anugerah P
0 komentar:
Post a Comment