Veteriner - Introduction
Preface
Veteriner
? Apa itu semacam jenis dari kelompok veteran ? atu sejenis alat fisika
sederhana ? atau..?? ya, mungkin Istilah Veteriner ini masih asing di mata dan
telinga sobat HIY, karena itu kali ini HIY bakal share sedikit mengenai apa itu
sebenarnya Veteriner dan hal-hal mendasar yang berkaitan dengan Veteriner itu
sendiri.
Pertama, Veteriner itu
makhluk macam apa sih ?, salah sih kalo disebut makhluk atau benda, hehe.
Veteriner itu merupakan salah satu bidang ilmu, bidang ilmu apa ? Ilmu yang
mempelajari kehidupan para Veteran ? Bukan juga., Veteriner pada dasarnya
merupakan salah satu bagian dari ilmu kedokteran. Dalam lingkup kedokteran,
Veteriner di kenal dengan bidang Kedokteran Veteriner.
Definisi
Kedokteran veteriner,
atau yang lazim disebut kedokteran hewan merupakan praktik kesehatan yang
dikhususkan untuk spesies hewan dan merupakan salah satu ilmu kedokteran
lainnya selain untuk manusia.
Istilah ‘veteriner’ berasal dari bahasa latin veterinae. Dan veteriner dalam bahasa
Indonesia (terjemahan dari ‘veterinary’
dalam bahasa Inggris) tidak dikenal
secara umum di kalangan masyarakat Indonesia. Pada dasarnya dalam beberapa kamus yang dijadikan referensi,
veteriner selalu dikaitkan dengan hewan dan penyakitnya atau
berkenaan dengan pengobatan penyakit hewan
atau berkaitan dengan pekerjaan seorang dokter hewan.
Sebagai dokter hewan, veterinarian bukan berarti hanya mengurusi hal-hal
yang berhubungan dengan hewan dan penyakitnya. Tetapi juga mengurusi
permasalahan penularan penyakit yang ditularkan baik oleh hewan ke hewan, hewan
ke manusia, dan manusia ke hewan.
Historia
Profesi Veteriner merupakan profesi yang
sangat tua di dunia yang muncul sebagai pengembangan dari Profesi Kedokteran di
zaman Yunani Kuno pada 460-367 Sebelum Masehi(SM) oleh Bapak Kedokteran di
dunia, yaitu Hippocrates.
Metode kedokteran dan dasar-dasar
filosofi kedokteran yang dikembangkan oleh Hippocrates sangat dipahami dan
dihayati oleh seorang ilmuwan bernama Aristoteles (lahir 384 SM) yang
menerapkannya pada penanganan penyakit-penyakit hewan.
Pencetus Kedokteran Perbandingan (Comparative Medicine) yaitu penerapan
metode medik yang dipelajari untuk kedokteran manusia kepada spesies hewan
adalah Aristoteles .Ia sangat terkenal dengan bukunya “Historia Animalium” (Story
of Animals) yang menguraikan lebih dari 500 spesies hewan. Ia juga menulis
buku tentang “Pathology Hewan” yang
mengungkapkan tentang penyakit-penyakit hewan serta memperkenalkan Kastrasi
pada hewan ternak muda dan efeknya pada pertumbuhan dan banyak lagi
metode-metode kedokteran pada berbagai spesies hewan.
Profesi kesehatan di zaman dahulu kala,
berakar dari Mythologi dan hal-hal gaib (magis). Di zaman Yunani kuno, cerita
tentang dewa-dewa penyakit dan penyembuh, antara lain Apollo, Chiron (digambarkan
sebagai manusia berbadan kuda= centaur) dan murid-muridnya antara lain yang
terkenal adalah Asklepios (latin :
Aesculapius) seorang manusia biasa yang berkemampuan menyembuhkan penyakit
manusia dan hewan.
Simbol dari Aesculapius adalah Ular (As) dan Melingkar (klepios) di batang pohon dimana ular tidak beracun ini merupakan
lambang sacral cara penyembuhan zaman kuno. Simbol kedokteran kemudian mengambil
simbol Aesculapius, sedangkan profesi
kedokteran hewan (veteriner) ada yang
mengambil Centaur atau Aesculapius. Maka lambang profesi veteriner mencantumkan huruf “V”
dari kata “Veterinarius” bersamaan
dengan lambang kedokteran (ular melingkar di tongkat) atau menggunakan Centaur.
Sejarah kata Veteriner ada beberapa
versi, salah satunya di zaman Romawi Kuno dikenal bangsa Estruscans yang sangat menyukai kuda dan sapi. Hal ini tampak dari
gambar-gambar yang merupakan peninggalan kuno. Hewan pada masa itu mempunyai
nilai sakral ataupun nilai martabat dan pada ritual-ritual khusus digunakan
sebagai hewan kurban. Kumpulan hewan kurban yang terdiri dari kombinasi
beberapa jenis hewan antara lain babi (sus),
biri-biri (ovis), sapu jantan (bull) disebut “souvetaurilia”, dan pekerjanya disebut sou-vetaurinarii, yang kemudian diyakini sebagai awal mula lahirnya
istilah “Veterinarius”. Kemungkinan
dari terminology lain yang masih di masa Romawi, dikenal hewan beban sebagai “veterina” dan suatu kamp penyimpanan
hewan-hewan tersebut disebut “veterinarium”.
Term “veterinarii” juga digunakan pada
dokumen kuno sebagai “Orang yang memiliki
kekebalan khusus” karena memiliki “kompetensi
khusus”.
Makna Lambang
Profesi Veteriner berlambangkan sebuah
tongkat dengan 3 mahkota yang dililit ular menghadap ke kanan dan dibawahnya
terdapat huruf “V” .Ketiga komponen ditampung dalam lingkaran berwarna
ungu. Makna masing-masing bagian adalah :
Tongkat
: Tongkat Aesculapius (As : ular, clepios : melilit),adalah symbol umum yang
melambangkan kedokteran. Filosofi tongkat adalah bahwa tongkat ini dulunya
selalu dibawa oleh Cypress
yang melambangkan kekuatan dan solidaritas para dokter hewan. Tongkat tiga
mahkota yang mencirikan tanda profesi medik yaitu mengangkat sumpah profesi,
berkode etik dan kompetensi layananannya dijamin dengan perizinan.
Ular
: melambangkan alat penyembuh karena ular meneluarkan suatu zat yamh dapat menyembuhkan.Sifat ular selau berganti kulit berfilosofi bahwa setiap dokter
hewan harus selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya.
2.
Huruf
“V” : berarti Veteriner , yaitu profesi dokter hewan.
3. Warna
ungu : melambangkan keagungan.
4.
Lingkaran
: melambangkan perhimpunan atau perkumpulan
Semboyan
Pada kedokteran hewan, upaya-upaya
kesehatan mencakup 2 tanggung jawab yang dikenal sebagai “Manusya Mriga Satwa Sewaka” yaitu
:
1.
Kepada
hewannya : menyehatkan kembali hewan-hewan hidup yang sakit dan memastikan
bahwa penyakit hewan yang dibawanya tidak membahayakan kelompok hewan dan
lingkungan lainnya.
2.
Kepada
manusianya : mensejahterakan masyarakat manusia dengan mengupayakan menekan
resiko-resiko mengalami gangguan kesehatan dan kerugian akibat adanya penyakit
hewan menular dan zoonotik baik berasal dari hewan hidup maupun dari bahan asal
hewan (Bagja, 2006).
Source
:
Bagja,
Wiwiek. 2006. Profesi Dokter Hewan di Indonesia. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada
0 komentar:
Post a Comment