Pe-Patah
Di
antara keberadaanku, belum sempat pun ku terjaga.
Pada
sebuah naungan, aku mimbarkan selaksa nestapa
Yang
masih tetap mengurungku dalam luka.
Dalam
semburat senja yang terpancar di keheningan,
Aku
pun berubah menjadi debu yang beterbangan.
Mengatup
semua mata yang memandang hina
Senyap
angin menghantarkan berjuta bisik yang masih purba
Sebuah
arbiter jiwa yang terlalu penuh luka
Dan
pada akhirnya jiwa ini mati.
Jika
waktu-Mu nyata, ingin aku kembali
Tengadah
sebelum akhirnya diriku patah.
Dalam
serpihan, dalam butiran ratap yang aku hujam;
Meretas
dalam daksa
Yang
harus hancur
Terbelenggu
oleh hasrat yang tak diam-diam.
Dikutip dari kumpulan puisi Firman Nugraha "Bulan di Atas Sungai".
Dipilih oleh hati yang mulai lupa akan cinta.
Dipilih oleh hati yang mulai lupa akan cinta.
0 komentar:
Post a Comment